Jumat, 10 April 2009

Sipir

Muka seperti setan.
Apalagi kelakuan.
Sipir bagai kutukan.
Buat yang tertawan.
Hendak menolong kawan.
Terimbas pemerasan.

Kasusnya cuma sepuluh ribu.
Dipaksa ribuan ribu.
Berusaha mengulur waktu.
Mual diriku melihat wajah palsu.

Jika tawanan jadi dagangan.
Buat apa kotbah didengungkan.
Karena telinga sudah disumbatkan.
Oleh penglihatan yang mata duitan.

Tak ditolong hati nurani terasa nyeri.
Diurusi malah kita yang di"beri".
Jika penjaga sudah tak punya hati.
Wajar saja alumni tega melukai kembali.

Bagai buah simalakama.
Menolong disangka orang punya.
Diberi sedikit menuntut lebih dari ada.
Sadarkah mereka.
Yang menolong terpaksa mengada-ada.
Biar kawan tak terluka.
Di dalam penjara.

Doa kami cuma satu.
Jangan terlalu lama hati mereka membatu.
Tapi kalau sudah terpotong urat malu.
Sumpahku untukmu sampai anak cucu..
Yang makan dari uang begitu.
Semoga Penguasa Semesta menghukummu.
Bahkan sebelum kuburmu..

Bekasi, 10 April 2009
Poem : 36

Janji

Puluhan nomor membuatku pening.
Semua menganggap diri penting.
Tapi ku tak mau ambil pusing.
Kunikmati semua janji yang menggelinding.

Setiap masa janji-janji itu datang.
Bagai bunga di sengat sang kumbang.
Rayuan manis menyerbu tak diundang.
Menghampiri seolah kan membawa terbang.

Semua insan berpartisipasi.
Dari pakar sampai paranormal ikut mengisi.
Dari nomor hoki sampai promosi.
Atas petunjuk ahli komunikasi.

Janji manis.
Membuatku meringis.
Janji palsu.
Membuatku ngilu.

Tugasku hanya memilih.
Salah satu diantara janji yang bersih.
Dengan hati yang jernih.
Semoga aku tidak salah pilih.

Keinginanku sederhana.
Cari nafkah semudah mengupas mangga.
Rasa aman menjadi teman raga.
Menikmati indahnya masa tua.
Dengan jaminan yang negeri ini punya.

Bekasi, 9 April 2009
Poem : 35

Merajut Mimpi

Hampir sedasawarsa hidup bersama.
Merajut mimpi yang tak pernah sirna.
Seia sekata..
Melalui segala suka dan derita.

Kala kepada Dia janji terucapkan.
Ragaku kuserahkan.
Kepada pelindung yang terpercayakan.
Untukmu dan buah cinta kita.. hidup ini kuabdikan.

Walau waktu tak mampu terukur.
Sayangku semakin terjulur.
Tak pernah kendur.
Dihantam godaan yang menggempur.

Banyak mimpi yang terlanjur dituliskan.
Satu persatu perlahan diwujudkan.
Bahu membahu mengangkat beban yang tersematkan.
Atas nama cinta dan asa yang terukirkan.

Jalan panjang makin membentang.
Menuju keabadian yang terpampang.
Godaan bagai tikungan yang merangsang.
Jika tak dicegah akan jatuh kejurang.

Seperti sumpah yang telah terucap.
Terukir dalam hati dan tertancap.
Walau tak terucap.
Saat ini aku merasa lengkap.

Bekasi, 5 April 2009
Poem : 34

Reuni

Berkumpul kembali..
Setelah sekian lama waktu terlalui.
Sangat menghibur hati.
Ditengah resesi.

Perubahan tak dapat dicegah.
Penampilan banyak berubah.
Tapi satu hal yang tak bisa disanggah.
Kami pernah berjuang di satu wadah.

Ada luka saat cerita duka.
Ada canda saat cerita suka.
Pastinya kita merasakan hal yang sama.
Berkumpul dalam suasana ceria.

Tak semua bisa datang.
Ada alasan yang mungkin menghadang.
Yang tak semua bisa dikarang.
Walau keinganan seteguh karang.

Teman seperjuangan bagai saudara.
Jika masalah datang kau bisa bicara.
Tapi tak semua kata-kata bisa terwicara.
Hanya doa yang terkata semoga kau bahagia.
Rekan yang sukses menjadi jawara.
Teman yang menghilang membuat lara.

Jika masih diberi kesempatan.
Semoga bertemu kembali..dimasa depan!!

Bekasi, 2 April 2009
Poem : 33

Lilin

Hari ini.
Lilinku menyala kembali.
Bertambah satu dan berbaris rapi.
Mengingatkan usiaku kini.

Bila mungkin waktu sejenak kuhentikan.
Kurenungi panjang kehidupan.
Ada bahagia yang terlewatkan.
Ada lara yang kurasakan.
Ada duka yang rapi kusembunyikan.

Sudah kulewati setengah umur.
Apa lagi yang harus kuukur.
Harapanku tak pernah terkubur.
Terukir mengikuti jalur.

Langkahku semakin dekat menuju keabadian.
Kedewasaan menjadi keharusan.
Semoga tercapai segala impian.
Yang kususun rapi dalam ingatan.

Kututup perlahan mataku.
Terhembus perlahan nafasku.
Mematikan lilin terakhirku.
Dan berdoa dalam hatiku.
Semoga disisa umurku.
Adalah waktu terbaikku...

Bekasi, 31 Maret 2009
Poem : 32

Diabetes

Akhir-akhir ini kau tak kusentuh.
Tapi kau salah menuduh.
Menyangkaku berselingkuh.
Padahal bukan begitu..sungguh.

Kau tau sayangku.
Aku sungguh sayang padamu.
Tapi kusembunyikan sesuatu.
Yang membuatku malu.

Vonis itu membuat gemas.
Pantas badan sering terasa lemas.
Menurunkan gairah yang seolah terampas.
Terkena diabetes yang membuatku terhempas.

Buat aku pelindungmu.
Hal ini sangat mengganggu.
Saat nafsu sungguh menggebu.
Langsung teredam dihitungan kesatu.

Maafkan aku sayangku.
Semoga nanti, kau memahami alasanku!!

Bekasi, 29 Maret 2009
Poem : 31

Cinta Berkarat

Besi tak terlapisi terhembus udara.
Lalu berkarat..
Seperti cinta dalam hatiku yang membara.
Dan menguat..

Segala rasa kupendam.
Amarah cinta dapat kuredam.
Hanya kepercayaan yang dapat kugenggam.
Walau berkali-kali kau buat hatiku remuk redam.

Rasanya tak ada yang salah.
Jika rasa ini terlalu besar kulempar.
Rupanya aku harus mengalah.
Kala kau semakin jauh tak terkejar.

Masa-masa indah yang begitu saja terlewat.
Tak mampu juga kau terikat.
Menghentikan pengejaranku sesaat.
Kala kusadari..cintaku sudah berkarat.

Bekasi, 25 Maret 2009
Poem : 30