Jimatku cuma satu.
Pena biru di saku.
Harganya ratusan ribu.
Hadiah dari "temanku".
Tak usah punya pabrik.
Tanda-tanganku sudah jadi daya tarik.
Seolah milik publik.
Jangkuannya jutaan meter kubik.
Relasiku bejibun.
Dari calo sampe tukang sabun.
Memohon ampun.
Jika ada kasus yang kususun.
Uang bagiku bukan masalah.
Satu kasus kututup, setoran jadi hal yang lumrah.
Saat pena biruku bergerak searah.
Selesai sudah satu masalah.
Melegakan yang berulah.
Pena biruku mesin kecil pencetak uang.
Sesuatu yang berebut datang.
Sampai kekuasaanku ditendang.
Dan digantikan sang penghadang..
Bekasi, 10 Maret 2009
Poem : 23
Kamis, 09 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar