Muka seperti setan.
Apalagi kelakuan.
Sipir bagai kutukan.
Buat yang tertawan.
Hendak menolong kawan.
Terimbas pemerasan.
Kasusnya cuma sepuluh ribu.
Dipaksa ribuan ribu.
Berusaha mengulur waktu.
Mual diriku melihat wajah palsu.
Jika tawanan jadi dagangan.
Buat apa kotbah didengungkan.
Karena telinga sudah disumbatkan.
Oleh penglihatan yang mata duitan.
Tak ditolong hati nurani terasa nyeri.
Diurusi malah kita yang di"beri".
Jika penjaga sudah tak punya hati.
Wajar saja alumni tega melukai kembali.
Bagai buah simalakama.
Menolong disangka orang punya.
Diberi sedikit menuntut lebih dari ada.
Sadarkah mereka.
Yang menolong terpaksa mengada-ada.
Biar kawan tak terluka.
Di dalam penjara.
Doa kami cuma satu.
Jangan terlalu lama hati mereka membatu.
Tapi kalau sudah terpotong urat malu.
Sumpahku untukmu sampai anak cucu..
Yang makan dari uang begitu.
Semoga Penguasa Semesta menghukummu.
Bahkan sebelum kuburmu..
Bekasi, 10 April 2009
Poem : 36
Jumat, 10 April 2009
Janji
Puluhan nomor membuatku pening.
Semua menganggap diri penting.
Tapi ku tak mau ambil pusing.
Kunikmati semua janji yang menggelinding.
Setiap masa janji-janji itu datang.
Bagai bunga di sengat sang kumbang.
Rayuan manis menyerbu tak diundang.
Menghampiri seolah kan membawa terbang.
Semua insan berpartisipasi.
Dari pakar sampai paranormal ikut mengisi.
Dari nomor hoki sampai promosi.
Atas petunjuk ahli komunikasi.
Janji manis.
Membuatku meringis.
Janji palsu.
Membuatku ngilu.
Tugasku hanya memilih.
Salah satu diantara janji yang bersih.
Dengan hati yang jernih.
Semoga aku tidak salah pilih.
Keinginanku sederhana.
Cari nafkah semudah mengupas mangga.
Rasa aman menjadi teman raga.
Menikmati indahnya masa tua.
Dengan jaminan yang negeri ini punya.
Bekasi, 9 April 2009
Poem : 35
Semua menganggap diri penting.
Tapi ku tak mau ambil pusing.
Kunikmati semua janji yang menggelinding.
Setiap masa janji-janji itu datang.
Bagai bunga di sengat sang kumbang.
Rayuan manis menyerbu tak diundang.
Menghampiri seolah kan membawa terbang.
Semua insan berpartisipasi.
Dari pakar sampai paranormal ikut mengisi.
Dari nomor hoki sampai promosi.
Atas petunjuk ahli komunikasi.
Janji manis.
Membuatku meringis.
Janji palsu.
Membuatku ngilu.
Tugasku hanya memilih.
Salah satu diantara janji yang bersih.
Dengan hati yang jernih.
Semoga aku tidak salah pilih.
Keinginanku sederhana.
Cari nafkah semudah mengupas mangga.
Rasa aman menjadi teman raga.
Menikmati indahnya masa tua.
Dengan jaminan yang negeri ini punya.
Bekasi, 9 April 2009
Poem : 35
Merajut Mimpi
Hampir sedasawarsa hidup bersama.
Merajut mimpi yang tak pernah sirna.
Seia sekata..
Melalui segala suka dan derita.
Kala kepada Dia janji terucapkan.
Ragaku kuserahkan.
Kepada pelindung yang terpercayakan.
Untukmu dan buah cinta kita.. hidup ini kuabdikan.
Walau waktu tak mampu terukur.
Sayangku semakin terjulur.
Tak pernah kendur.
Dihantam godaan yang menggempur.
Banyak mimpi yang terlanjur dituliskan.
Satu persatu perlahan diwujudkan.
Bahu membahu mengangkat beban yang tersematkan.
Atas nama cinta dan asa yang terukirkan.
Jalan panjang makin membentang.
Menuju keabadian yang terpampang.
Godaan bagai tikungan yang merangsang.
Jika tak dicegah akan jatuh kejurang.
Seperti sumpah yang telah terucap.
Terukir dalam hati dan tertancap.
Walau tak terucap.
Saat ini aku merasa lengkap.
Bekasi, 5 April 2009
Poem : 34
Merajut mimpi yang tak pernah sirna.
Seia sekata..
Melalui segala suka dan derita.
Kala kepada Dia janji terucapkan.
Ragaku kuserahkan.
Kepada pelindung yang terpercayakan.
Untukmu dan buah cinta kita.. hidup ini kuabdikan.
Walau waktu tak mampu terukur.
Sayangku semakin terjulur.
Tak pernah kendur.
Dihantam godaan yang menggempur.
Banyak mimpi yang terlanjur dituliskan.
Satu persatu perlahan diwujudkan.
Bahu membahu mengangkat beban yang tersematkan.
Atas nama cinta dan asa yang terukirkan.
Jalan panjang makin membentang.
Menuju keabadian yang terpampang.
Godaan bagai tikungan yang merangsang.
Jika tak dicegah akan jatuh kejurang.
Seperti sumpah yang telah terucap.
Terukir dalam hati dan tertancap.
Walau tak terucap.
Saat ini aku merasa lengkap.
Bekasi, 5 April 2009
Poem : 34
Reuni
Berkumpul kembali..
Setelah sekian lama waktu terlalui.
Sangat menghibur hati.
Ditengah resesi.
Perubahan tak dapat dicegah.
Penampilan banyak berubah.
Tapi satu hal yang tak bisa disanggah.
Kami pernah berjuang di satu wadah.
Ada luka saat cerita duka.
Ada canda saat cerita suka.
Pastinya kita merasakan hal yang sama.
Berkumpul dalam suasana ceria.
Tak semua bisa datang.
Ada alasan yang mungkin menghadang.
Yang tak semua bisa dikarang.
Walau keinganan seteguh karang.
Teman seperjuangan bagai saudara.
Jika masalah datang kau bisa bicara.
Tapi tak semua kata-kata bisa terwicara.
Hanya doa yang terkata semoga kau bahagia.
Rekan yang sukses menjadi jawara.
Teman yang menghilang membuat lara.
Jika masih diberi kesempatan.
Semoga bertemu kembali..dimasa depan!!
Bekasi, 2 April 2009
Poem : 33
Setelah sekian lama waktu terlalui.
Sangat menghibur hati.
Ditengah resesi.
Perubahan tak dapat dicegah.
Penampilan banyak berubah.
Tapi satu hal yang tak bisa disanggah.
Kami pernah berjuang di satu wadah.
Ada luka saat cerita duka.
Ada canda saat cerita suka.
Pastinya kita merasakan hal yang sama.
Berkumpul dalam suasana ceria.
Tak semua bisa datang.
Ada alasan yang mungkin menghadang.
Yang tak semua bisa dikarang.
Walau keinganan seteguh karang.
Teman seperjuangan bagai saudara.
Jika masalah datang kau bisa bicara.
Tapi tak semua kata-kata bisa terwicara.
Hanya doa yang terkata semoga kau bahagia.
Rekan yang sukses menjadi jawara.
Teman yang menghilang membuat lara.
Jika masih diberi kesempatan.
Semoga bertemu kembali..dimasa depan!!
Bekasi, 2 April 2009
Poem : 33
Lilin
Hari ini.
Lilinku menyala kembali.
Bertambah satu dan berbaris rapi.
Mengingatkan usiaku kini.
Bila mungkin waktu sejenak kuhentikan.
Kurenungi panjang kehidupan.
Ada bahagia yang terlewatkan.
Ada lara yang kurasakan.
Ada duka yang rapi kusembunyikan.
Sudah kulewati setengah umur.
Apa lagi yang harus kuukur.
Harapanku tak pernah terkubur.
Terukir mengikuti jalur.
Langkahku semakin dekat menuju keabadian.
Kedewasaan menjadi keharusan.
Semoga tercapai segala impian.
Yang kususun rapi dalam ingatan.
Kututup perlahan mataku.
Terhembus perlahan nafasku.
Mematikan lilin terakhirku.
Dan berdoa dalam hatiku.
Semoga disisa umurku.
Adalah waktu terbaikku...
Bekasi, 31 Maret 2009
Poem : 32
Lilinku menyala kembali.
Bertambah satu dan berbaris rapi.
Mengingatkan usiaku kini.
Bila mungkin waktu sejenak kuhentikan.
Kurenungi panjang kehidupan.
Ada bahagia yang terlewatkan.
Ada lara yang kurasakan.
Ada duka yang rapi kusembunyikan.
Sudah kulewati setengah umur.
Apa lagi yang harus kuukur.
Harapanku tak pernah terkubur.
Terukir mengikuti jalur.
Langkahku semakin dekat menuju keabadian.
Kedewasaan menjadi keharusan.
Semoga tercapai segala impian.
Yang kususun rapi dalam ingatan.
Kututup perlahan mataku.
Terhembus perlahan nafasku.
Mematikan lilin terakhirku.
Dan berdoa dalam hatiku.
Semoga disisa umurku.
Adalah waktu terbaikku...
Bekasi, 31 Maret 2009
Poem : 32
Diabetes
Akhir-akhir ini kau tak kusentuh.
Tapi kau salah menuduh.
Menyangkaku berselingkuh.
Padahal bukan begitu..sungguh.
Kau tau sayangku.
Aku sungguh sayang padamu.
Tapi kusembunyikan sesuatu.
Yang membuatku malu.
Vonis itu membuat gemas.
Pantas badan sering terasa lemas.
Menurunkan gairah yang seolah terampas.
Terkena diabetes yang membuatku terhempas.
Buat aku pelindungmu.
Hal ini sangat mengganggu.
Saat nafsu sungguh menggebu.
Langsung teredam dihitungan kesatu.
Maafkan aku sayangku.
Semoga nanti, kau memahami alasanku!!
Bekasi, 29 Maret 2009
Poem : 31
Tapi kau salah menuduh.
Menyangkaku berselingkuh.
Padahal bukan begitu..sungguh.
Kau tau sayangku.
Aku sungguh sayang padamu.
Tapi kusembunyikan sesuatu.
Yang membuatku malu.
Vonis itu membuat gemas.
Pantas badan sering terasa lemas.
Menurunkan gairah yang seolah terampas.
Terkena diabetes yang membuatku terhempas.
Buat aku pelindungmu.
Hal ini sangat mengganggu.
Saat nafsu sungguh menggebu.
Langsung teredam dihitungan kesatu.
Maafkan aku sayangku.
Semoga nanti, kau memahami alasanku!!
Bekasi, 29 Maret 2009
Poem : 31
Cinta Berkarat
Besi tak terlapisi terhembus udara.
Lalu berkarat..
Seperti cinta dalam hatiku yang membara.
Dan menguat..
Segala rasa kupendam.
Amarah cinta dapat kuredam.
Hanya kepercayaan yang dapat kugenggam.
Walau berkali-kali kau buat hatiku remuk redam.
Rasanya tak ada yang salah.
Jika rasa ini terlalu besar kulempar.
Rupanya aku harus mengalah.
Kala kau semakin jauh tak terkejar.
Masa-masa indah yang begitu saja terlewat.
Tak mampu juga kau terikat.
Menghentikan pengejaranku sesaat.
Kala kusadari..cintaku sudah berkarat.
Bekasi, 25 Maret 2009
Poem : 30
Lalu berkarat..
Seperti cinta dalam hatiku yang membara.
Dan menguat..
Segala rasa kupendam.
Amarah cinta dapat kuredam.
Hanya kepercayaan yang dapat kugenggam.
Walau berkali-kali kau buat hatiku remuk redam.
Rasanya tak ada yang salah.
Jika rasa ini terlalu besar kulempar.
Rupanya aku harus mengalah.
Kala kau semakin jauh tak terkejar.
Masa-masa indah yang begitu saja terlewat.
Tak mampu juga kau terikat.
Menghentikan pengejaranku sesaat.
Kala kusadari..cintaku sudah berkarat.
Bekasi, 25 Maret 2009
Poem : 30
Mertua
Sial...mertuaku besok datang.
Istriku hampir lupa bilang.
Segera kuberlari cari utang.
Siap-siap untuk yang akan dihidang.
Sambil tersenyum ingatanku melayang.
Memang takdirku jadi mantu orang kaya.
Bukan salahku aku anak orang yang tak punya.
Biar harta tak punya tapi hatiku penuh cinta.
Wajar saja si dia langsung jatuh cinta.
Tak peduli dengan status yang kupunya.
Walau tembok menghadang hubungan kita.
Sesuai janjiku..
Pada mertuaku.
Menjaga putrimu.
Dengan segenap hatiku.
Kini..Bertahun-tahun sudah kulewati.
Cerita lalu sudah berganti.
Rezeki mengalir tiada henti.
Tapi ada yang terasa sepi.
Mertuaku sudah pergi.
Sebelum sempat berbagi dan menikmati.
Dari menantu yang paling berbakti.
Bekasi, 24 Maret 2009
Poem : 29
Istriku hampir lupa bilang.
Segera kuberlari cari utang.
Siap-siap untuk yang akan dihidang.
Sambil tersenyum ingatanku melayang.
Memang takdirku jadi mantu orang kaya.
Bukan salahku aku anak orang yang tak punya.
Biar harta tak punya tapi hatiku penuh cinta.
Wajar saja si dia langsung jatuh cinta.
Tak peduli dengan status yang kupunya.
Walau tembok menghadang hubungan kita.
Sesuai janjiku..
Pada mertuaku.
Menjaga putrimu.
Dengan segenap hatiku.
Kini..Bertahun-tahun sudah kulewati.
Cerita lalu sudah berganti.
Rezeki mengalir tiada henti.
Tapi ada yang terasa sepi.
Mertuaku sudah pergi.
Sebelum sempat berbagi dan menikmati.
Dari menantu yang paling berbakti.
Bekasi, 24 Maret 2009
Poem : 29
Air Mata
Serasa hujan membasahi bumi.
Seperti itu airmataku mengaliri pipi.
Melihat sang buah hati.
Merengek, menahan sakit yang menyayat hati.
Aku seorang ibu.
Tak sanggup mendengar tangis pilu.
Dari buah rahimku.
Yang kujaga dengan sepenuh hatiku.
Jika ayahmu belahan jiwa.
Kamu jelmaan separuh nyawa.
Bundamu kan jadi pelindung raga.
Sampai maut memberi batas dari dunia.
Jika engkau menangis, luka dihatiku lebih menganga.
Jika engkau tersenyum, hatiku benar-benar tertawa.
Jika engkau terluka, kan kutukarkan apa saja...
Termasuk nyawa satu-satunya yang kupunya.
Bekasi, 16 Maret 2009
Poem : 28
For my beloved son....get well soon dear!!!
Seperti itu airmataku mengaliri pipi.
Melihat sang buah hati.
Merengek, menahan sakit yang menyayat hati.
Aku seorang ibu.
Tak sanggup mendengar tangis pilu.
Dari buah rahimku.
Yang kujaga dengan sepenuh hatiku.
Jika ayahmu belahan jiwa.
Kamu jelmaan separuh nyawa.
Bundamu kan jadi pelindung raga.
Sampai maut memberi batas dari dunia.
Jika engkau menangis, luka dihatiku lebih menganga.
Jika engkau tersenyum, hatiku benar-benar tertawa.
Jika engkau terluka, kan kutukarkan apa saja...
Termasuk nyawa satu-satunya yang kupunya.
Bekasi, 16 Maret 2009
Poem : 28
For my beloved son....get well soon dear!!!
Kamis, 09 April 2009
Piano
Mataku tak mampu terpejam.
Jari menari tak bisa diam.
Dalam kesunyian malam.
Kualunkan nada pada piano hitam.
Dalam dentingan nada ada harmonisasi.
Tangan kanan dan kiri saling mengisi.
Menimpali nada yang silih berganti.
Bisikan indah memenuhi kekosongan hati.
Piano, temanku yang setia.
Hanya satu-satunya.
Menghiburku kala duka mendera.
Ikut bernyanyi kala bahagia melanda.
Sayang aku tak mampu melihatnya.
Hanya mampu meraba saja.
Karena aku buta...
Bekasi, 14 Maret 2009
Poem : 27
Jari menari tak bisa diam.
Dalam kesunyian malam.
Kualunkan nada pada piano hitam.
Dalam dentingan nada ada harmonisasi.
Tangan kanan dan kiri saling mengisi.
Menimpali nada yang silih berganti.
Bisikan indah memenuhi kekosongan hati.
Piano, temanku yang setia.
Hanya satu-satunya.
Menghiburku kala duka mendera.
Ikut bernyanyi kala bahagia melanda.
Sayang aku tak mampu melihatnya.
Hanya mampu meraba saja.
Karena aku buta...
Bekasi, 14 Maret 2009
Poem : 27
Janda
Terdengar senandung nada..
kucoba-coba melempar manggis,
manggis kulempar mangga kudapat,
kucoba-coba melamar gadis,
gadis kulamar janda kudapat..
Apa yang salah dengan janda.
Dia yang meninggalkanku begitu saja.
Setelah jutaan menit ku-abdi padanya.
Dia pergi seolah aku sudah tak berharga.
Di masyarakat juga terjepit.
Melirik sedikit disangka genit.
Memandang sekilas..
Disangka hendak merampas.
Janda kaya hidup tetap suka-suka.
Janda kembang jadi rebutan banyak pria.
Janda miskin hidup makin merana.
Rasanya ingin mati saja.
Ditinggal cinta begitu saja.
Untung aku masih punya putra.
Menguatkanku disaat aku duka.
Pesan untukmu hanya satu saja.
Jangan tiru kelakuan ayahmu tercinta..
Bekasi, 12 Maret 2009
Poem : 25
kucoba-coba melempar manggis,
manggis kulempar mangga kudapat,
kucoba-coba melamar gadis,
gadis kulamar janda kudapat..
Apa yang salah dengan janda.
Dia yang meninggalkanku begitu saja.
Setelah jutaan menit ku-abdi padanya.
Dia pergi seolah aku sudah tak berharga.
Di masyarakat juga terjepit.
Melirik sedikit disangka genit.
Memandang sekilas..
Disangka hendak merampas.
Janda kaya hidup tetap suka-suka.
Janda kembang jadi rebutan banyak pria.
Janda miskin hidup makin merana.
Rasanya ingin mati saja.
Ditinggal cinta begitu saja.
Untung aku masih punya putra.
Menguatkanku disaat aku duka.
Pesan untukmu hanya satu saja.
Jangan tiru kelakuan ayahmu tercinta..
Bekasi, 12 Maret 2009
Poem : 25
Patah Hati
Rasanya terjadi gempa.
Tapi tak terdengar suara.
Kulihat retak semua.
Tapi tak kasat mata.
Mataku nanar.
Hanya aku yang mampu mendengar.
Hatiku terkapar.
Sang cinta lari tak terkejar.
Ambang maghligai tinggal rencana.
Ditinggalkan begitu saja.
Alasannya sungguh tak bisa kuterima.
Semudah itu kaubalikkan kata-kata.
Rasanya ingin menangis.
Hatiku sungguh miris.
Ingin kuambil pisau dan nadiku kan teriris.
Tapi akhirku tak ingin tragis.
Aku lelaki.
Tak boleh lemah untuk hal-hal begini.
Aku bangkit dan menatap diri.
Kan kudapatkan lagi.
Gadis manis sebagai pengganti.
Di suatu tempat..menanti.
Bekasi, 11 Maret 2009
Poem : 24
Tapi tak terdengar suara.
Kulihat retak semua.
Tapi tak kasat mata.
Mataku nanar.
Hanya aku yang mampu mendengar.
Hatiku terkapar.
Sang cinta lari tak terkejar.
Ambang maghligai tinggal rencana.
Ditinggalkan begitu saja.
Alasannya sungguh tak bisa kuterima.
Semudah itu kaubalikkan kata-kata.
Rasanya ingin menangis.
Hatiku sungguh miris.
Ingin kuambil pisau dan nadiku kan teriris.
Tapi akhirku tak ingin tragis.
Aku lelaki.
Tak boleh lemah untuk hal-hal begini.
Aku bangkit dan menatap diri.
Kan kudapatkan lagi.
Gadis manis sebagai pengganti.
Di suatu tempat..menanti.
Bekasi, 11 Maret 2009
Poem : 24
Pena Biru
Jimatku cuma satu.
Pena biru di saku.
Harganya ratusan ribu.
Hadiah dari "temanku".
Tak usah punya pabrik.
Tanda-tanganku sudah jadi daya tarik.
Seolah milik publik.
Jangkuannya jutaan meter kubik.
Relasiku bejibun.
Dari calo sampe tukang sabun.
Memohon ampun.
Jika ada kasus yang kususun.
Uang bagiku bukan masalah.
Satu kasus kututup, setoran jadi hal yang lumrah.
Saat pena biruku bergerak searah.
Selesai sudah satu masalah.
Melegakan yang berulah.
Pena biruku mesin kecil pencetak uang.
Sesuatu yang berebut datang.
Sampai kekuasaanku ditendang.
Dan digantikan sang penghadang..
Bekasi, 10 Maret 2009
Poem : 23
Pena biru di saku.
Harganya ratusan ribu.
Hadiah dari "temanku".
Tak usah punya pabrik.
Tanda-tanganku sudah jadi daya tarik.
Seolah milik publik.
Jangkuannya jutaan meter kubik.
Relasiku bejibun.
Dari calo sampe tukang sabun.
Memohon ampun.
Jika ada kasus yang kususun.
Uang bagiku bukan masalah.
Satu kasus kututup, setoran jadi hal yang lumrah.
Saat pena biruku bergerak searah.
Selesai sudah satu masalah.
Melegakan yang berulah.
Pena biruku mesin kecil pencetak uang.
Sesuatu yang berebut datang.
Sampai kekuasaanku ditendang.
Dan digantikan sang penghadang..
Bekasi, 10 Maret 2009
Poem : 23
Banjir
Aku suka banjir.
Bukan karena banyaknya air.
Atau banyaknya yang ikut mengalir.
Ada pemandangan yang membuat hatiku cair.
Saat banjir..kutemui banyak wajah penuh kasih sayang.
Berserakan dimana-mana ingin menyayang.
Tanpa sungkan uang di genggaman ikut melayang.
Untuk korban yang seolah terbuang.
Bagai detoksifikasi.
Banjir menghanyutkan segala lini.
Di awal terasa nyeri.
Sesudahnya membuat berseri.
Tanpa banjir.
Kita tak tau rasanya terusir.
Tanpa banjir.
Tak tau rasanya terpinggir.
Dari banjir.
Selalu ada cerita mengalir..satir!!
Bekasi, 6 Maret 2009
Poem : 22
Bukan karena banyaknya air.
Atau banyaknya yang ikut mengalir.
Ada pemandangan yang membuat hatiku cair.
Saat banjir..kutemui banyak wajah penuh kasih sayang.
Berserakan dimana-mana ingin menyayang.
Tanpa sungkan uang di genggaman ikut melayang.
Untuk korban yang seolah terbuang.
Bagai detoksifikasi.
Banjir menghanyutkan segala lini.
Di awal terasa nyeri.
Sesudahnya membuat berseri.
Tanpa banjir.
Kita tak tau rasanya terusir.
Tanpa banjir.
Tak tau rasanya terpinggir.
Dari banjir.
Selalu ada cerita mengalir..satir!!
Bekasi, 6 Maret 2009
Poem : 22
Jumat
Saat yang tepat.
Untuk mengingat.
Apa yang kuperbuat.
Di hari yang terlewat.
Di hari keramat.
Berjudul Jumat.
Semua hari kulewati.
Setiap hari kusyukuri.
Tapi yang selalu kunanti.
Hari ini.
Lima hari kulewati.
Sebagai kewajibanku.
Memenuhi kebutuhanku.
Karena kuli statusku.
Jadi kutahan keinginanku.
Sampai Sabtu dan Minggu.
Hari milikku.
Bekasi, 13 Maret 2009
Poem : 26
Untuk mengingat.
Apa yang kuperbuat.
Di hari yang terlewat.
Di hari keramat.
Berjudul Jumat.
Semua hari kulewati.
Setiap hari kusyukuri.
Tapi yang selalu kunanti.
Hari ini.
Lima hari kulewati.
Sebagai kewajibanku.
Memenuhi kebutuhanku.
Karena kuli statusku.
Jadi kutahan keinginanku.
Sampai Sabtu dan Minggu.
Hari milikku.
Bekasi, 13 Maret 2009
Poem : 26
Pengemis Cinta
Nafasku berantakan.
Seperti dikejar-kejar setan.
Aparat bagai bayangan.
Untuk yang kesekian
Disaat aku kalut.
Seperti tercabut.
Ucapan seorang kawan kuturut.
Tanpa banyak tanya kuikut.
Teringat masa lalu.
Begitu kejamnya dunia padaku.
Sehingga kukeraskan hatiku.
Seperti batu..
Aku bersimpuh disudut musola.
Mengemis ampun pada yang Kuasa.
Dalam sujud panjang yang paling kurela.
Atas segala dosa.
Yang kupunya dengan sengaja.
Apakah masih bisa??
Bekasi, 5 Maret 2009
Poem: 21
Seperti dikejar-kejar setan.
Aparat bagai bayangan.
Untuk yang kesekian
Disaat aku kalut.
Seperti tercabut.
Ucapan seorang kawan kuturut.
Tanpa banyak tanya kuikut.
Teringat masa lalu.
Begitu kejamnya dunia padaku.
Sehingga kukeraskan hatiku.
Seperti batu..
Aku bersimpuh disudut musola.
Mengemis ampun pada yang Kuasa.
Dalam sujud panjang yang paling kurela.
Atas segala dosa.
Yang kupunya dengan sengaja.
Apakah masih bisa??
Bekasi, 5 Maret 2009
Poem: 21
Amerika
Waktu kecil aku cuma tau satu.
Negara yang besar katanya begitu.
Aku ingin terbang ke situ.
Amerika namanya kata bapakku.
Untuk ke sana ada dua cara.
Punya harta atau dapat beasiswa.
Yang pertama aku tak punya.
Jadi kukejar yang kedua.
Saat kubesar.
Setengah mati aku belajar.
Ternyata aku tak cukup pintar.
Jadi kuputuskan untuk berhenti mengejar.
Sambil ikhtiar.
Bagiku itu kini seperti angan-angan.
Menunggu Tuhan.
Memberiku keajaiban.
Menunjukkan jalan.
Lewat seorang teman.
Entah kapan??
Bekasi, 5 Maret 2009
Poem : 20
Negara yang besar katanya begitu.
Aku ingin terbang ke situ.
Amerika namanya kata bapakku.
Untuk ke sana ada dua cara.
Punya harta atau dapat beasiswa.
Yang pertama aku tak punya.
Jadi kukejar yang kedua.
Saat kubesar.
Setengah mati aku belajar.
Ternyata aku tak cukup pintar.
Jadi kuputuskan untuk berhenti mengejar.
Sambil ikhtiar.
Bagiku itu kini seperti angan-angan.
Menunggu Tuhan.
Memberiku keajaiban.
Menunjukkan jalan.
Lewat seorang teman.
Entah kapan??
Bekasi, 5 Maret 2009
Poem : 20
Playboy Kelas Teri
Sumpah I love you.
I need you
I miss you
Aku tak bisa musnahkan kamu dari otakku.
Mahadewi nyanyi begitu.
Seperti kamu sang perayu
Yang coba taklukkan hatiku.
Tapi aku tak bisa tertipu.
Jangan bilang cinta kalau kau tak punya.
Jangan bilang sayang kalau itu dusta.
Kau tahu kenapa aku tak percaya.
Karena kau playboy cap duren tiga.
Reputasimu membuatku ngeri.
Walau usahamu cukup kuhargai.
Untuk menarik diri.
Menjadi kekasih hati.
Kau ingin tahu kenapa aku menahan diri??
Karena kau playboy kelas teri...
Bekasi, 2 Maret 2009
Poem : 19
I need you
I miss you
Aku tak bisa musnahkan kamu dari otakku.
Mahadewi nyanyi begitu.
Seperti kamu sang perayu
Yang coba taklukkan hatiku.
Tapi aku tak bisa tertipu.
Jangan bilang cinta kalau kau tak punya.
Jangan bilang sayang kalau itu dusta.
Kau tahu kenapa aku tak percaya.
Karena kau playboy cap duren tiga.
Reputasimu membuatku ngeri.
Walau usahamu cukup kuhargai.
Untuk menarik diri.
Menjadi kekasih hati.
Kau ingin tahu kenapa aku menahan diri??
Karena kau playboy kelas teri...
Bekasi, 2 Maret 2009
Poem : 19
Ahli Kimia
Bagai insan dalam bercinta.
Begitulah unsur menjadi senyawa.
Kimia mencipta segala rasa.
Dari yang ringan sampai narkoba.
Olehku si ahli kimia.
Peroksid sedikit kuracik.
Kau tampak cantik.
Sedikit kuberi kostik.
Penampilanmu jadi apik.
Ahli kimia jadi saksi.
Perubahan teknologi terkini.
Walau banyak yang tak dihargai.
Penemuannya selalu dinanti.
Jadi ahli kimia.
Enak dan seru.
Bisa tahu lebih dulu.
Penemuan senyawa baru.
Yang akan diburu.
Olehmu..penguasa dunia baru.
Bekasi, 1 Maret 2009
Poem : 18
Begitulah unsur menjadi senyawa.
Kimia mencipta segala rasa.
Dari yang ringan sampai narkoba.
Olehku si ahli kimia.
Peroksid sedikit kuracik.
Kau tampak cantik.
Sedikit kuberi kostik.
Penampilanmu jadi apik.
Ahli kimia jadi saksi.
Perubahan teknologi terkini.
Walau banyak yang tak dihargai.
Penemuannya selalu dinanti.
Jadi ahli kimia.
Enak dan seru.
Bisa tahu lebih dulu.
Penemuan senyawa baru.
Yang akan diburu.
Olehmu..penguasa dunia baru.
Bekasi, 1 Maret 2009
Poem : 18
Hantu
Aku bagaikan hantu.
Mendatangimu setiap waktu.
Tak perlu kau tahu kenapa begitu.
Karena aku mencintaimu.
Menatap bayang dikaca.
Heran, tak tampak bayangku disana.
Pantas saja kau tak mendengarku bicara.
Kukira kau marah dan kecewa.
Aku cemburu.
Melihatmu dengan yang baru.
Sekarang aku baru tahu.
Kenapa kau tak menghiraukanku.
Pukulan telak menimpaku.
Aku memang hantu....
Bekasi, 27 Februari 2009
Poem : 16
Mendatangimu setiap waktu.
Tak perlu kau tahu kenapa begitu.
Karena aku mencintaimu.
Menatap bayang dikaca.
Heran, tak tampak bayangku disana.
Pantas saja kau tak mendengarku bicara.
Kukira kau marah dan kecewa.
Aku cemburu.
Melihatmu dengan yang baru.
Sekarang aku baru tahu.
Kenapa kau tak menghiraukanku.
Pukulan telak menimpaku.
Aku memang hantu....
Bekasi, 27 Februari 2009
Poem : 16
Permaisuri
Melihatku semua wanita merasa iri.
Akulah sang permaisuri.
Segala yang kuminta selalu diberi.
Karena raja mempersuntingku sebagai istri.
Orang bilang hidupku bahagia.
Punya mahkota dan bergelimang harta.
Segalanya aku punya.
Kecuali cinta setia.
Dari sang raja.
Hatiku terkilir.
Melihat raja berganti selir.
Setiap malam menanti digilir.
Dan aku pilihan terakhir.
Aku tertekan.
Oleh keadaan.
Bagai artis brilian.
Tersungging senyum yang paling menawan.
Untuk kawan dan lawan.
Atas nama kerajaan.
Apa dulu aku punya cita-cita.
Walau punya jiwa.
Aku adalah benda.
Di mata sang raja.
Bekasi, 26 Februari 2009
Poem :15
Akulah sang permaisuri.
Segala yang kuminta selalu diberi.
Karena raja mempersuntingku sebagai istri.
Orang bilang hidupku bahagia.
Punya mahkota dan bergelimang harta.
Segalanya aku punya.
Kecuali cinta setia.
Dari sang raja.
Hatiku terkilir.
Melihat raja berganti selir.
Setiap malam menanti digilir.
Dan aku pilihan terakhir.
Aku tertekan.
Oleh keadaan.
Bagai artis brilian.
Tersungging senyum yang paling menawan.
Untuk kawan dan lawan.
Atas nama kerajaan.
Apa dulu aku punya cita-cita.
Walau punya jiwa.
Aku adalah benda.
Di mata sang raja.
Bekasi, 26 Februari 2009
Poem :15
Fesbuk
Bagai sihir kau mengutuk.
Jutaan jiwa pasrah tertunduk.
Kehadiranmu membuat kami bertekuk.
Muncul dari dunia maya kau menggebuk.
Namamu fesbuk..
Tanpa banyak rayu.
Kau muncul bagai candu.
Kala sakaw menagih..berlari kubuka dirimu.
Sekedar ingin tahu.
Adakah sebaris pesan terselip untukku..darimu
Teman lama dan baru.
Lewat kamu sebagai pintu.
Seperti klinik 24 jam.
Kamu stand by siang malam.
Mengobati kecanduan yang mendalam.
Kusuntik dengan jaringan lalu duduk diam.
Jari menari dan tatapan mata menajam.
Ke layar sebagai peredam.
Bagai reuni..
Teman lama berkumpul kembali.
Teman baru memperkenalkan diri.
Jadi relasi.
Rangkaian cerita jadi diary.
Yang akan dikenang..nanti.
Bekasi, 25 Februari 2009
Poem : 14
Jutaan jiwa pasrah tertunduk.
Kehadiranmu membuat kami bertekuk.
Muncul dari dunia maya kau menggebuk.
Namamu fesbuk..
Tanpa banyak rayu.
Kau muncul bagai candu.
Kala sakaw menagih..berlari kubuka dirimu.
Sekedar ingin tahu.
Adakah sebaris pesan terselip untukku..darimu
Teman lama dan baru.
Lewat kamu sebagai pintu.
Seperti klinik 24 jam.
Kamu stand by siang malam.
Mengobati kecanduan yang mendalam.
Kusuntik dengan jaringan lalu duduk diam.
Jari menari dan tatapan mata menajam.
Ke layar sebagai peredam.
Bagai reuni..
Teman lama berkumpul kembali.
Teman baru memperkenalkan diri.
Jadi relasi.
Rangkaian cerita jadi diary.
Yang akan dikenang..nanti.
Bekasi, 25 Februari 2009
Poem : 14
Rahasia Koruptor
Bagai seorang aktor..
Kusimpan rapat sebuah rahasia kotor.
Tak ada yang tahu bahwa aku koruptor.
Hidupku melesat bak meteor.
Perputarannya cepat bagai rotor.
Dulu aku menderita.
Caci maki sarapan kedua.
Sungguh tak nyaman jadi orang tak punya.
Tekadku bulat..aku harus kaya.
Buat kaya ada dua cara.
Jadi koruptor atau pengusaha.
Jadi pengusaha karirku biasa saja.
Jadi kupilih yang pertama.
Dari korupsi.
Segalanya tlah kumiliki.
Anak, Istri dan keluarga yang kucintai.
Dengan segenap hati.
Tak ingin mereka kuberi.
Rasa sakit yang kualami sendiri.
Walau sesuatu terus menghantui.
hati nurani...
Biarlah kutanggung sendiri lumuran dosa.
Tak usah beritahu yang kurasa.
Karena aku tak sanggup melihat anak istriku menderita.
Seperti yang dulu kurasa.
Jika mereka tak punya apa-apa.
Bekasi, 24 Februari 2009
Poem : 13
Kusimpan rapat sebuah rahasia kotor.
Tak ada yang tahu bahwa aku koruptor.
Hidupku melesat bak meteor.
Perputarannya cepat bagai rotor.
Dulu aku menderita.
Caci maki sarapan kedua.
Sungguh tak nyaman jadi orang tak punya.
Tekadku bulat..aku harus kaya.
Buat kaya ada dua cara.
Jadi koruptor atau pengusaha.
Jadi pengusaha karirku biasa saja.
Jadi kupilih yang pertama.
Dari korupsi.
Segalanya tlah kumiliki.
Anak, Istri dan keluarga yang kucintai.
Dengan segenap hati.
Tak ingin mereka kuberi.
Rasa sakit yang kualami sendiri.
Walau sesuatu terus menghantui.
hati nurani...
Biarlah kutanggung sendiri lumuran dosa.
Tak usah beritahu yang kurasa.
Karena aku tak sanggup melihat anak istriku menderita.
Seperti yang dulu kurasa.
Jika mereka tak punya apa-apa.
Bekasi, 24 Februari 2009
Poem : 13
Mawar Putih
Mawar putih mekar di taman.
Kelopaknya bersih dan menawan.
Tak sewangi melati tapi tampak rupawan.
Tumbuh dikelilingi perdu bagai tawanan.
Aku tak suka mawar merah.
Warnanya mengingatkanku pada darah.
Cantik tapi memandangnya kugelisah.
Walau aku tak mengerti apa yang salah.
Merah dan putih hanyalah warna.
Tapi putih lebih kusuka.
Walau merah melambangkan cinta.
Tapi putih lambang setia.
Cinta bisa mudah terbeli.
Setia, tanda cinta terlindungi.
Mawar merah kau beri, hanya kusimpan di vas ini.
Mawar putih kau saji, kupersembahkan seluruh cinta suci.
Bekasi, 23 Februari 2009
Poem: 12
Kelopaknya bersih dan menawan.
Tak sewangi melati tapi tampak rupawan.
Tumbuh dikelilingi perdu bagai tawanan.
Aku tak suka mawar merah.
Warnanya mengingatkanku pada darah.
Cantik tapi memandangnya kugelisah.
Walau aku tak mengerti apa yang salah.
Merah dan putih hanyalah warna.
Tapi putih lebih kusuka.
Walau merah melambangkan cinta.
Tapi putih lambang setia.
Cinta bisa mudah terbeli.
Setia, tanda cinta terlindungi.
Mawar merah kau beri, hanya kusimpan di vas ini.
Mawar putih kau saji, kupersembahkan seluruh cinta suci.
Bekasi, 23 Februari 2009
Poem: 12
Inspirasi
Mata dan telingaku bagaikan pintu.
Inspirasi seperti tamu.
Mengetuk perlahan masuk ke dalam pikiranku.
Lalu tertuang dalam nada kata yang sendu.
Inspirasi datang dan pergi.
Tak bisa berhenti.
Pikiranku bagaikan dewi.
Memberi sabda pada otakku kepada jari.
Untuk merangkai nada-nada dalam puisi.
Ribuan kata berbaris antri.
Menunggu perintah dari sang putri.
Hingga rangkaian rapi terpatri.
Tuk diumumkan ke penjuru negeri.
Jari-jariku bagai bernyawa.
Melaksanakan titah sang baginda.
Karena aku sang pujangga.
Sang perangkai kata.
Inspirasi..
Sungguh, kau tak terkendali..
Bekasi, 23 Februari 2009
Poem: 11
Inspirasi seperti tamu.
Mengetuk perlahan masuk ke dalam pikiranku.
Lalu tertuang dalam nada kata yang sendu.
Inspirasi datang dan pergi.
Tak bisa berhenti.
Pikiranku bagaikan dewi.
Memberi sabda pada otakku kepada jari.
Untuk merangkai nada-nada dalam puisi.
Ribuan kata berbaris antri.
Menunggu perintah dari sang putri.
Hingga rangkaian rapi terpatri.
Tuk diumumkan ke penjuru negeri.
Jari-jariku bagai bernyawa.
Melaksanakan titah sang baginda.
Karena aku sang pujangga.
Sang perangkai kata.
Inspirasi..
Sungguh, kau tak terkendali..
Bekasi, 23 Februari 2009
Poem: 11
Pria Romantis
Aku bukan pria romantis.
Walau tak bisa kupingkiri..kusuka menggoda gadis-gadis.
Sungguh aku tak berniat berbuat sadis.
Hingga engkau menangis.
Dulu kau pujaan hati.
Segala cinta dan rayu ku beri.
Segala janji dengan segenap hati ku tepati.
Tapi kini.
Rasa jenuh menggelayuti diri.
Sungguh berat diperintah naluri lelaki.
Untuk segera mengejar yang tak pasti.
Orang bilang aku tak bermartabat.
Kehilangan rasa hormat.
Tapi sungguh tak bisa kusangkal rasa yang menghebat.
Walau semua mencegat.
Walau kubuat kau tersakiti.
Hidupmu akan tetap kulindungi.
Sesuai janji.
Pada mami papi.
Karena keyakinanku pada diri.
Bahwa aku lelaki sejati...
Bekasi, 22 Februari 2009
Poem : 10
Walau tak bisa kupingkiri..kusuka menggoda gadis-gadis.
Sungguh aku tak berniat berbuat sadis.
Hingga engkau menangis.
Dulu kau pujaan hati.
Segala cinta dan rayu ku beri.
Segala janji dengan segenap hati ku tepati.
Tapi kini.
Rasa jenuh menggelayuti diri.
Sungguh berat diperintah naluri lelaki.
Untuk segera mengejar yang tak pasti.
Orang bilang aku tak bermartabat.
Kehilangan rasa hormat.
Tapi sungguh tak bisa kusangkal rasa yang menghebat.
Walau semua mencegat.
Walau kubuat kau tersakiti.
Hidupmu akan tetap kulindungi.
Sesuai janji.
Pada mami papi.
Karena keyakinanku pada diri.
Bahwa aku lelaki sejati...
Bekasi, 22 Februari 2009
Poem : 10
Wo Ai Ni
Aku cinta kamu sipit.
Kerling matanya melirikku genit.
Dekapannya semakin menghimpit.
Nafasku semakin menyempit.
Aku cinta dia.
Walau beda budaya.
Tapi cinta soal rasa.
Kalau cinta sudah bicara.
Gunung tinggi pun tak tampak di mata.
Hanya wajah si dia.
Orang bilang cintaku salah tempat.
Tapi rasa tak bisa di buat.
Bagai pesawat menukik ke jantungku tepat.
Walau datang terlambat.
Sang pujangga bilang cinta soal hati.
Tapi aku tak bisa mendusta nurani.
Cinta kami melukai empat hati.
Tak tahu kapan harus berhenti.
Jadi aku harus pergi.
I love u bos.
Kau buat jiwa ragaku keropos.
Saatnya aku melengos.
Kembali ke pos!!
Bekasi, 21 Februari 2009
Poem : 8
Kerling matanya melirikku genit.
Dekapannya semakin menghimpit.
Nafasku semakin menyempit.
Aku cinta dia.
Walau beda budaya.
Tapi cinta soal rasa.
Kalau cinta sudah bicara.
Gunung tinggi pun tak tampak di mata.
Hanya wajah si dia.
Orang bilang cintaku salah tempat.
Tapi rasa tak bisa di buat.
Bagai pesawat menukik ke jantungku tepat.
Walau datang terlambat.
Sang pujangga bilang cinta soal hati.
Tapi aku tak bisa mendusta nurani.
Cinta kami melukai empat hati.
Tak tahu kapan harus berhenti.
Jadi aku harus pergi.
I love u bos.
Kau buat jiwa ragaku keropos.
Saatnya aku melengos.
Kembali ke pos!!
Bekasi, 21 Februari 2009
Poem : 8
Tengah Malam
Sudah tengah malam.
Sang mata tak mau juga terpejam.
Hati kecilku bergumam.
Di suasana temaram.
Pikiranku menerawang.
Menghadap kaca tembus memandang.
Jantungku berdentang.
Suara di gendang telingaku terasa menendang.
Aku ingin terlelap.
Berharap mimpi yang gemerlap.
Agar esok bangun tak terasa gelap.
Lalu bangkit mencari yang kuharap.
Otakku terasa kusut.
Membucah bak tarian belut.
Aku ingin lepas dari kemelut.
Seperti ombak yang pecah di laut.
Ada apa dengan malam.
Hadirnya terasa kelam.
Selalu mengingatkanku akan masa silam.
Menekanku semakin dalam.
Lewat tengah malam...
Bekasi, 20 Februari 2009
Poem : 7
Sang mata tak mau juga terpejam.
Hati kecilku bergumam.
Di suasana temaram.
Pikiranku menerawang.
Menghadap kaca tembus memandang.
Jantungku berdentang.
Suara di gendang telingaku terasa menendang.
Aku ingin terlelap.
Berharap mimpi yang gemerlap.
Agar esok bangun tak terasa gelap.
Lalu bangkit mencari yang kuharap.
Otakku terasa kusut.
Membucah bak tarian belut.
Aku ingin lepas dari kemelut.
Seperti ombak yang pecah di laut.
Ada apa dengan malam.
Hadirnya terasa kelam.
Selalu mengingatkanku akan masa silam.
Menekanku semakin dalam.
Lewat tengah malam...
Bekasi, 20 Februari 2009
Poem : 7
Tengah Malam
Sudah tengah malam.
Sang mata tak mau juga terpejam.
Hati kecilku bergumam.
Di suasana temaram.
Pikiranku menerawang.
Menghadap kaca tembus memandang.
Jantungku berdentang.
Suara di gendang telingaku terasa menendang.
Aku ingin terlelap.
Berharap mimpi yang gemerlap.
Agar esok bangun tak terasa gelap.
Lalu bangkit mencari yang kuharap.
Otakku terasa kusut.
Membucah bak tarian belut.
Aku ingin lepas dari kemelut.
Seperti ombak yang pecah di laut.
Ada apa dengan malam.
Hadirnya terasa kelam.
Selalu mengingatkanku akan masa silam.
Menekanku semakin dalam.
Lewat tengah malam...
Bekasi, 20 Februari 2009
Poem : 7
Sang mata tak mau juga terpejam.
Hati kecilku bergumam.
Di suasana temaram.
Pikiranku menerawang.
Menghadap kaca tembus memandang.
Jantungku berdentang.
Suara di gendang telingaku terasa menendang.
Aku ingin terlelap.
Berharap mimpi yang gemerlap.
Agar esok bangun tak terasa gelap.
Lalu bangkit mencari yang kuharap.
Otakku terasa kusut.
Membucah bak tarian belut.
Aku ingin lepas dari kemelut.
Seperti ombak yang pecah di laut.
Ada apa dengan malam.
Hadirnya terasa kelam.
Selalu mengingatkanku akan masa silam.
Menekanku semakin dalam.
Lewat tengah malam...
Bekasi, 20 Februari 2009
Poem : 7
Vision
Hari ini lelaki yang baru kukenal..
Mengingatkanku kan sesuatu hal.
Sesuatu yang tak masuk akal.
Tapi aku tak bisa menyangkal.
Berapa usiamu ? Kata pertama yang terucap.
Biar ragu langsung kujawab.
Lalu dia menatap.
perlahan dia berkata..tiga tahun kedepan aku harus siap-siap.
untuk apa, raguku menyergap.
Vision..singkat terjawab.
Aku tak ingin punya kekuatan.
Dia tertawa dan berkata..sori tak ada pilihan.
Walau aku tak mengharap..aku memang orang pilihan.
Kenapa aku?
Yang tak pernah ingin percaya hal-hal itu.
Tapi para tetua sudah memilihku.
Lewat mimpi pendahuluku.
Kemanapun aku pergi energi itu akan mengejarku.
Aku takut?
Tak ingin disangka gila dan pengecut.
Keingintahuan semakin terlecut.
Oleh semangat yang tak pernah surut.
Walau akan hilang oleh maut.
Bekasi, 18 Februari 2009
Poem : 6
Mengingatkanku kan sesuatu hal.
Sesuatu yang tak masuk akal.
Tapi aku tak bisa menyangkal.
Berapa usiamu ? Kata pertama yang terucap.
Biar ragu langsung kujawab.
Lalu dia menatap.
perlahan dia berkata..tiga tahun kedepan aku harus siap-siap.
untuk apa, raguku menyergap.
Vision..singkat terjawab.
Aku tak ingin punya kekuatan.
Dia tertawa dan berkata..sori tak ada pilihan.
Walau aku tak mengharap..aku memang orang pilihan.
Kenapa aku?
Yang tak pernah ingin percaya hal-hal itu.
Tapi para tetua sudah memilihku.
Lewat mimpi pendahuluku.
Kemanapun aku pergi energi itu akan mengejarku.
Aku takut?
Tak ingin disangka gila dan pengecut.
Keingintahuan semakin terlecut.
Oleh semangat yang tak pernah surut.
Walau akan hilang oleh maut.
Bekasi, 18 Februari 2009
Poem : 6
If A Woman Cry
Jika seorang wanita menangis.
Ada hati yang teriris.
Karena laku yang mengiris.
Atau asa yang menipis.
Lalu diam dalam tangis.
Jika seorang wanita menangis.
Mungkin dia sedang bahagia.
Karena penuh dengan cinta.
Atau asa yang penuhi dahaga.
Lalu diam dalam rasa yang bergelora
Bekasi, 18 Februari 2009
Poem: 5
Ada hati yang teriris.
Karena laku yang mengiris.
Atau asa yang menipis.
Lalu diam dalam tangis.
Jika seorang wanita menangis.
Mungkin dia sedang bahagia.
Karena penuh dengan cinta.
Atau asa yang penuhi dahaga.
Lalu diam dalam rasa yang bergelora
Bekasi, 18 Februari 2009
Poem: 5
Sepuluh Tahun
Sepuluh Tahun Pertama
Masa-masa terindah
Tak ada keluh kesah
Meniti kehidupan yang masih susah
Semua terasa indah.
Sepuluh Tahun Kedua
Beranjak remaja
Mencoba semua rasa
Tuk penuhi rasa dahaga
Atas perintah jiwa
Sepuluh Tahun Ketiga
Aku sudah dewasa
Berpikir dan bertindak lebih bijaksana
Mewujudkan segala asa
Meski hidup dalam suka dan duka
Sepuluh Tahun berikutnya
Jika usia kupunya
Mungkin aku masih ada dan mulai menua
Segala derita mungkin telah sirna
Aku ingin bahagia
Disisa usia
Semogaa...
Poem : 4
Masa-masa terindah
Tak ada keluh kesah
Meniti kehidupan yang masih susah
Semua terasa indah.
Sepuluh Tahun Kedua
Beranjak remaja
Mencoba semua rasa
Tuk penuhi rasa dahaga
Atas perintah jiwa
Sepuluh Tahun Ketiga
Aku sudah dewasa
Berpikir dan bertindak lebih bijaksana
Mewujudkan segala asa
Meski hidup dalam suka dan duka
Sepuluh Tahun berikutnya
Jika usia kupunya
Mungkin aku masih ada dan mulai menua
Segala derita mungkin telah sirna
Aku ingin bahagia
Disisa usia
Semogaa...
Poem : 4
Asam Sulfat
Cairan asam sulfat mengalir di wajahku..
Perih..panas..menyirami kulitku.
Terlempar dari genggaman cinta ke satu.
Untuk menghancurkan satu-satunya milikku.
Aku memang salah.
Tapi aku tak berniat berulah.
Kesadaran yang terlambat membuat resah.
Terlanjur meledak menjadi masalah.
Maafkan aku cinta ke satu.
Kau tak pernah tahu sesuatu.
Bukan aku yang menyeru.
Untuk dia melepaskanmu.
Karena aku tak pernah tahu.
Cerminku jadi saksi.
Untuk rupa yang menjadi ngeri.
Seandainya waktu kuulang kembali.
Aku berjanji.
Semua ini tak akan terjadi.
Walau kuyakin jalan ini..terulang kembali.
Bekasi, 13 Februari 2009
Poem : 3
Perih..panas..menyirami kulitku.
Terlempar dari genggaman cinta ke satu.
Untuk menghancurkan satu-satunya milikku.
Aku memang salah.
Tapi aku tak berniat berulah.
Kesadaran yang terlambat membuat resah.
Terlanjur meledak menjadi masalah.
Maafkan aku cinta ke satu.
Kau tak pernah tahu sesuatu.
Bukan aku yang menyeru.
Untuk dia melepaskanmu.
Karena aku tak pernah tahu.
Cerminku jadi saksi.
Untuk rupa yang menjadi ngeri.
Seandainya waktu kuulang kembali.
Aku berjanji.
Semua ini tak akan terjadi.
Walau kuyakin jalan ini..terulang kembali.
Bekasi, 13 Februari 2009
Poem : 3
Dua Lelaki
Lelaki itu menatap tajam tepat dimataku.
Dia ucapkan cinta langsung menusuk ke jantungku.
Tanpa berdalih aku mengangguk tanda setuju.
Dan waktu pun berlalu indah tanpa sihir dan tipu.
Itu duluuu...
Kinii..
Mata lelaki itu tampak lelah.
Tampak cinta yang telah terbelah.
Meminta aku untuk mengalah.
Tapi aku tengadah.
Menegarkan ikatan yang kuputus sudah.
Lelaki kedua datang.
Meminta aku untuk dipinang.
Walau ragu tak kuharap jadi penghalang.
Atas kebahagiaan yang akan menjelang.
Ternyataa..yang kutakutkan kembali terulang.
Aku menangis..
Untuk sesuatu yang tragis.
Tak ingin mengingat pilu yang mengiris
Aku bangkit.
Tak mau mengungkit.
Asaku membukit.
Aku ingin menjerit.
Dunia ingin kugempit....
Bekasi, 12 Februari 2009
Poem : 2
Dia ucapkan cinta langsung menusuk ke jantungku.
Tanpa berdalih aku mengangguk tanda setuju.
Dan waktu pun berlalu indah tanpa sihir dan tipu.
Itu duluuu...
Kinii..
Mata lelaki itu tampak lelah.
Tampak cinta yang telah terbelah.
Meminta aku untuk mengalah.
Tapi aku tengadah.
Menegarkan ikatan yang kuputus sudah.
Lelaki kedua datang.
Meminta aku untuk dipinang.
Walau ragu tak kuharap jadi penghalang.
Atas kebahagiaan yang akan menjelang.
Ternyataa..yang kutakutkan kembali terulang.
Aku menangis..
Untuk sesuatu yang tragis.
Tak ingin mengingat pilu yang mengiris
Aku bangkit.
Tak mau mengungkit.
Asaku membukit.
Aku ingin menjerit.
Dunia ingin kugempit....
Bekasi, 12 Februari 2009
Poem : 2
Prasangka
Dalam diam aku termangu.
Bertanya apa yang salah dalam diriku.
Ingin bertanya, tapi tak tahu kemana harus mengadu.
Semua orang menganggapku palsu.
Karena prasangka yang tak perlu.
Prasangka menusukku tepat ke dada.
Untuk dia yang tak pernah menganggapku ada.
Lalu mengapa aku bertanya.
Karena jawabannya tak pernah kusuka.
Prasangka membuatku hidup.
Membangkitkan semangat untuk ku hirup.
Membuktikan keraguan yang tak pernah redup.
Prasangka kau buat aku terjaga..sampai mataku tertutup.
Bekasi, 11 Februari 2009
Poem : 1
Bertanya apa yang salah dalam diriku.
Ingin bertanya, tapi tak tahu kemana harus mengadu.
Semua orang menganggapku palsu.
Karena prasangka yang tak perlu.
Prasangka menusukku tepat ke dada.
Untuk dia yang tak pernah menganggapku ada.
Lalu mengapa aku bertanya.
Karena jawabannya tak pernah kusuka.
Prasangka membuatku hidup.
Membangkitkan semangat untuk ku hirup.
Membuktikan keraguan yang tak pernah redup.
Prasangka kau buat aku terjaga..sampai mataku tertutup.
Bekasi, 11 Februari 2009
Poem : 1
Prasangka
Dalam diam aku termangu.
Bertanya apa yang salah dalam diriku.
Ingin bertanya, tapi tak tahu kemana harus mengadu.
Semua orang menganggapku palsu.
Karena prasangka yang tak perlu.
Prasangka menusukku tepat ke dada.
Untuk dia yang tak pernah menganggapku ada.
Lalu mengapa aku bertanya.
Karena jawabannya tak pernah kusuka.
Prasangka membuatku hidup.
Membangkitkan semangat untuk ku hirup.
Membuktikan keraguan yang tak pernah redup.
Prasangka kau buat aku terjaga..sampai mataku tertutup.
Bekasi, 11 Februari 2009
Poem : 1
Bertanya apa yang salah dalam diriku.
Ingin bertanya, tapi tak tahu kemana harus mengadu.
Semua orang menganggapku palsu.
Karena prasangka yang tak perlu.
Prasangka menusukku tepat ke dada.
Untuk dia yang tak pernah menganggapku ada.
Lalu mengapa aku bertanya.
Karena jawabannya tak pernah kusuka.
Prasangka membuatku hidup.
Membangkitkan semangat untuk ku hirup.
Membuktikan keraguan yang tak pernah redup.
Prasangka kau buat aku terjaga..sampai mataku tertutup.
Bekasi, 11 Februari 2009
Poem : 1
Langganan:
Postingan (Atom)